History of Plastic Surgery - SW1 Clinic
About Plastic Surgery - SW1 Clinic

SEJARAH BEDAH PLASTIK

Prosedur bedah plastik “meledak” antara tahun 1840 dan 1900. Mengapa ada peningkatan minat dan inovasi bedah yang tiba-tiba? Ini disebabkan karena adanya perkembangan Anestesi (tanpa rasa sakit) pada tahun 1846 dan Antisepsis (tidak ada infeksi) pada tahun 1867.

Pengenalan: Anestesi

Anestesi diperkenalkan pada tahun 1846. William Thomas Green Morton (1819-1868) menemukan anestesi eter yang dapat membuat seseorang tertidur ketika operasi berlangsung. Anestesi umum kemudian lahir. Karena inilah, operasi lebih diterima secara luas.

Pada akhir 1880-an, anestesi lokal (mati rasa daerah untuk operasi) menggunakan kokain untuk operasi mata dan tulang belakang yang berarti bahwa risiko kematian akibat anestesi umum dapat dikurangi secara signifikan. Operasi plastik mulai menggunakan anestesi lokal dan praktik ini menjadi banyak digunakan. Ini adalah salah satu faktor utama yang mendorong keberhasilan operasi pasien.
Antisepsis

Model Antisepsis ditemukan oleh Joseph Lord Lister (1827 – 1912) pada tahun 1867, yang menyebabkan pengurangan infeksi.

Pada akhir abad ke-19, model ini diterima secara luas. Sudah menjadi norma umum bahwa pembersihan pasien, ahli bedah, instrumen dan ruang operasi harus dilakukan sebelum setiap prosedur pembedahan. Hal ini sangat mengurangi risiko pada pasien yang menjalani operasi kecantikan karena tingkat infeksi yang menurun.

Filosofi Pencerahan – Kebahagiaan adalah tujuan dari Bedah Plastik

Setiap orang dapat mengubah dirinya sendiri hingga mencapai kebahagiaan, merupakan Filosofi Pencerahan Abad ke-19. Pemikiran ini didorong oleh pengurangan atau penghilangan rasa sakit dan tingkat infeksi dalam operasi plastik, serta hak untuk mengubah diri seseorang demi menjadi lebih bahagia dengan bantuan seorang ahli bedah yang memimpin operasi kecantikan, menjadi fenomena yang modern.

Dari Mesir Kuno hingga Renaisans

Sepanjang catatan riwayat dunia medis, terdapat prosedur untuk memperbaiki penampilan tubuh. Hasil yang kebanyakan tidak diinginkan dari intervensi bedah dalam tubuh adalah jaringan parut. Ahli bedah era Mesir Kuno sedini Edwin Smith Papyrus (sekitar tahun 1600 SM) khawatir tentang hasil kecantikan dari intervensi mereka. Didokumentasikan bahwa orang-orang Mesir sudah dengan hati-hati menjahit tepi luka di wajah. Fraktur tulang hidung dipaksa ke posisi normal dengan memasukkan dua sumbat linen, yang dijenuhkan dengan lemak ke lubang hidung.

Pada abad ke-1 M, Aulius Cornelius Celsus, seorang ensiklopedis Roma, menekankan pentingnya jahitan yang indah.

Catatan awal seperti kasus arakel tulang (abad ke-14 SM) sudah mendokumentasikan penyakit hidung di era Cina Kuno.

Dua dokter Cina, Bian Que (abad ke-5 SM) dan Hwa Tuo (sekitar tahun 150 – 208M) menggambarkan dan mendokumentasikan perawatan mata dan telinga pasien. Menurut tradisi Tiongkok, dilarang untuk membuka tubuh. Oleh karena itu, semua bentuk intervensi bedah terbatas hingga saat ini. Namun, catatan teks-teks medis yang berasal dari abad ke-10 pada Dinasti Tang dan Gin Utara juga menggambarkan operasi bibir sumbing. Di tempat lain, prosedur bedah dikembangkan untuk meningkatkan penampilan dan fungsi tubuh. Misalnya pada abad ke-7, dokter Paulos dari Aegina dari Alexandria mengembangkan prosedur untuk mengangkat payudara pria (ginekomastia). Prosedur ini umum dilakukan hingga hari ini. Sedot lemak, “obat untuk obesitas”, dijelaskan oleh Piimy the Elder (23/24 M – 79 M) untuk menghilangkan kelebihan lemak dari tubuh.

Pada abad pertengahan, semua operasi dipandang sebagai obat untuk penyakit, baik itu fisik atau psikologis, dan operasi plastik tidak pernah terdengar meskipun ada catatan tentang bagian tubuh yang hidung hilang karena perang, kecelakaan dan penyakit. Ini karena kebanyakan bagian-bagian tubuh masih bisa berfungsi meskipun mengalami deformasi. Pembedahan estetika atau kecantikan hanya dibicarakan di Era Renaisans.

Sifilis di Abad ke-16

Munculnya operasi plastik pada abad ke-16 terkait antara wabah epidemi Sifilis yang menyebabkan kecacatan seperti pada hidung, dan arah estetika baru dari era Renaisans.

Bedah kecantikan adalah rahasia dagang yang diturunkan dari ayah ke anak. Namun, seorang kesatria bernama Heinrich Von Pfalzpaint mendeskripsikan adanya transplantasi telekap lengan untuk memperbaiki hidung dari tahun 1460 – sebuah perdagangan yang ia klaim telah ia pelajari dari orang asing yang menghasilkan banyak uang. Namun, seorang Renaisans Italia dan profesor bedah di Universitas Bologna, Gaspare Tagliacozzi (1545 – 1599) menemukan hubungan antara hidung yang cacat, ketidakbahagiaan pasien dan kesehatan yang baik secara umum.

Ketidakbahagiaan juga berasal dari stigma bahwa tidak memiliki hidung karena perang atau kecelakaan bisa menjadi tanda penyakit atau infeksi seperti Sifilis. Dalam bukunya “De Curtorum Chirurgia” 1597, Gaspore Tagliocozzi menggambarkan dan mengilustrasikan penggunaan cangkok telekap pedikel untuk merekonstruksi hidung baru yang rusak karena trauma atau sifilis. Ini menjadi operasi hidung berilustrasi pertama yang terdokumentasikan.

Teknik menggunakan telekap juga digunakan di abad ke-15, di Sisilia. Cangkok ini, masih menempel pada lengan, ujung longgar telekap digabungkan dengan tunggul hidung selama 20 hari, mengurangi komplikasi pengambilan cangkokan dari pipi, sehingga meninggalkan bekas di wajah. Diperlukan total setidaknya 6 prosedur dan rentang lebih dari satu bulan dengan risiko infeksi, rasa sakit dan banyak ketidaknyamanan sebelum hidung dibuat dengan metode ini.

Operasi Hidung Pertama di India (1794)

Gereja Katolik tidak menyukai gagasan bahwa seseorang dapat memperbaiki jaringan parut dan distorsi yang disebabkan oleh Sifilis. Ini karena intervensi manusia dihadirkan ke ranah hukuman ilahi. Oleh karena itu, inovasi Tagliacozzi diabaikan atau dilupakan hingga tahun 1794 ketika kekuasaan kolonial Inggris berdiri di India, sehingga kemudian catatan rinci rekonstruksi hidung dipublikasikandi Barat. Operasi ini diterbitkan dalam sebuah artikel anonim yang ditulis di Gentlemen’s Magazine di London.

Pasien bernama Cowsjee, dilayani oleh Inggris, adalah seorang sopir Parsi Bullock yang ditangkap oleh Tipu Sultan yang memberontak, Fath Ali, Nawab of Mysore (1753 – 1799). Tangan dan hidung Cowsjee diamputasi karena bekerja untuk Inggris – yang artinya dia adalah seorang pengkhianat. Oleh karena itu, perbaikan hidung kemudian berkembang jauh di Eropa (dan Barat) sebagaimana yang ditulis oleh ahli bedah Jerman, Eduard Zeis (1807 – 1868) pada tahun 1838 karena efek merusak dari Sifilis dan bukan merupakan bentuk hukuman ala barbar seperti yang terlihat di Timur.

Ahli bedah Berlin, Johann Friedrick Dieffenbach – Bapak Bedah Plastik Pada abad ke-19 pertengahan, ahli bedah kecantikan dari Berlin, Johann Friedrick Dieffenbach (1792 – 1847) adalah tokoh utama dalam operasi bedah wajah abad ke-19. Ia dianggap sebagai yang terbaik dalam bidang perbaikan atau rekonstruksi hidung. Ia mendorong rekonstruksi hidung untuk kedua fungsi dan meningkatkan penampilan seseorang. Ia memiliki tujuan untuk mengurangi isolasi sifilis dengan merekonstruksi hidung baru untuk mereka, namun metode yang menunjukkan bekas luka yang terlihat juga akan mengingatkan seseorang yang sehat dengan kemungkinan mengalami kontak dengan pembawa penyakit kelamin. Ia memperbaiki hidung seorang wanita Polandia berusia 18 tahun yang wajahnya telah habis karena Scrofula (Tuberkulosis). Ia melakukannya dengan menggunakan cangkok telekap dari lengan atasnya. Transplantasi tersebut sukses dan prosedur perbaikan dilakukan untuk membentuk hidung dalam 6 bulan berikutnya.

Abdominoplasti Pertama (1899)

Howard A. Kelly (1858 – 1943) di Baltimore memindahkan abdomen yang terjumbai dengan pembedahan untuk mengangkat lemak dan kulit (abdominoplasti). Lemak perut yang disingkirkan beratnya 14-19 pound dari seorang wanita berbobot 285 pound. Diyakini bahwa dengan melakukannya, obesitas akan berkurang atau sembuh.

Angkat Wajah Pertama (1901)

Eugen Hollander (1867 – 1932) melakukan pengangkatan wajah pertama untuk seorang bangsawan Polandia. Pasien memintanya agar ia mengangkat kulit wajah di depan telinga, lipatan nasolabial dan sudut mulut yang dikencangkan. Wanita itu membuat saran yang sangat spesifik dalam ilustrasi dan membujuknya untuk melakukannya dengan caranya sendiri. Dengan melakukannya, Hollander mampu membuat perubahan kecil pada wajah bagian atas yang pasien senangi, meskipun ia menemukan bahwa metode ini tergolong lebih inferior.

Bedah Kelopak Mata Pertama (1906)

Charles Conrad Miller (1850 – 1950) telah mengembangkan prosedur untuk menghilangkan kantung kecil dari kelopak mata bawah atau kelopak mata yang longgar (kelopak mata yang kendur) yang dapat mengganggu penglihatan. Prosedur ini disalin oleh ahli bedah lain pada zamannya. Ahli bedah umum Johann K. G. Fricke (1790 – 1841) menciptakan istilah “Blepharoplasty” untuk operasi kelopak mata pada tahun 1829.

Suntik Lemak Pertama (1926)

Ahli bedah plastik tahun 1920-an ingin meremajakan wajah yang menua alih-alih mengubah kulit tubuh dengan mengencangkannya menggunakan angkat wajah. Pada tahun 1926, Charles Willi menulis bahwa garis kerutan dan garis nasolabial dapat dengan mudah diisi menggunakan lemak pasien sendiri. Ini merupakan suatu prosedur yang tidak menimbulkan rasa sakit, bahaya atau meninggalkan bekas seperti operasi, sehingga tetap populer sampai hari ini.

Perang Dunia I Menyebabkan Rekonstruksi Dunia Bedah

Sir Harold Delf Gilles (1852 – 1960), seorang ahli bedah kelahiran Selandia Baru, menjelaskan operasi plastik yang melampaui normal, misalnya operasi hidung untuk membuat pangkal hidung lebih tinggi. Dia juga menjelaskan tentang operasi rekonstruksi untuk menormalkan kembali seperti trauma setelah perang – yakni merekonstruksi hidung baru. Setelah Perang Dunia I, operasi plastik diperuntukkan bagi pria yang mengalami cacat karena perang. Belakangan kemudian operasi plastik semakin dikenal, setelah tahun 1920-an, sehingga hadir pula operasi kecantikan untuk wanita.

Augmentasi Payudara

H.O. Barnes menganjurkan perlunya meningkatkan ukuran payudara dalam pengamatannya karena penurunan ukuran payudara menyebabkan tekanan psikologis atau ketidakbahagiaan. Oleh karena itu, dimulailah pencarian solusi untuk ini – augmentasi payudara. Augmentasi payudara kemudian menjadi “kultus” tubuh indah dari tahun 1950-an, menggeser tren pengurangan payudara di tahun 1880-an.

Awalnya pada tahun 1950-an, silikon disuntikkan di bawah lemak. Beberapa masalah muncul dari metode ini, termasuk migrasi, infeksi, memar, garis yang terlihat serta pengerasan yang tidak biasa dari area yang disuntikkan.

Pada tahun 1963, prostesis gel silastik ditemukan oleh dua ahli bedah dari Houston, Thomas Cronin dan Frank Gerow, terdiri dari karung berisi garam. Konsep ini muncul ketika Gerow melihat kantung plastik berisi darah yang digunakan untuk transfusi dalam bentuk bentuk payudara. Protesa berhasil ditanamkan pada tahun 1962 dan model-model selanjutnya menggunakan konsep yang sama yang diisi dengan silikon. Kemudian, implan yang diisi salin berkurang popularitasnya karena dianggap kurang alami dan tidak memberikan ilusi bentuk serta tekstur payudara yang diinginkan oleh wanita dan ahli bedah. Saat ini, implan silikon telah mengalahkan implan salin dalam popularitas karena aman dan memberikan nuansa yang jauh lebih alami. Dengan mengisi gel kohesif / gummy bear, implan gel silikon tidak lagi memiliki isi yang bocor ke jaringan tubuh sekitarnya.
Sedot Lemak Modern

Hingga tahun 1970-an, metode untuk menghilangkan lemak dari berbagai bagian tubuh melibatkan penghilangan jaringan lemak dan kulit, kemudian menjahit kedua ujungnya menjadi satu. Namun hal ini akan menghasilkan jaringan parut yang buruk.

Sepanjang tahun 1970-an, prosedur yang berbeda dikembangkan untuk memecahkan masalah ini. Sedot lemak modern melibatkan instrumen tumpul untuk membuat terowongan (dikembangkan pada tahun 1977 oleh Yves – Gerard Illouz dari Perancis), dan diperkenalkan ke Amerika Serikat pada tahun 1981. Metode ini kemudian menjadi metode yang paling populer karena lemak dihilangkan dengan sedikit jaringan parut dan tidak ada kelebihan kulit, serta tidak meninggalkan jejak operasi.

Bedah Plastik Hari Ini

Praktik operasi plastik telah meningkat sejak ditutup pada abad ke-19. Kenyataannya, operasi plastik adalah produk klasik dunia modern. Teknologi tersebut muncul karena adanya kecemasan tentang visibilitas tubuh yang rusak karena sakit sehingga membutuhkan rekonstruksi. Bedah dari luka-luka perang, lesi dari penyakit seperti sifilis hingga cacar kecil dan cacat kelahiran menjadi latar belakang untuk memulai operasi plastik sejak ditutup di abad ke-19. Antisepsis (1867) dan Anestesi (1846) membuat operasi lebih dapat diterima dan berkontribusi pada kenaikan kasus yang semakin bertambah. Menariknya, sepanjang sejarah, pasien operasi plastik pertama adalah seorang laki-laki. Hari ini, meskipun ada kecemasan publik tentang transformasi tubuh yang menggunakan prosedur biasa, telah lebih banyak orang yang memiliki prosedur dan mengklaim hak mereka untuk mengendalikan dan mengubah tubuh mereka, serta mengakuinya secara publik.

Dengan lebih banyak prosedur yang muncul, lebih banyak orang pula yang bersedia menjalani prosedur. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan untuk terlihat lebih baik, dalam hubungannya dengan sistem kesehatan dan kebugaran, karena selaluada ruang untuk perbaikan untuk meningkatkan penampilan kita, baik itu hidung yang lebih kecil, lebih sedikit keriput, atau payudara yang lebih besar.

Dengan botox, filler atau pembedahan, sejarah operasi plastik mencerminkan kemampuan kita untuk menata kembali setiap aspek tubuh kita dalam bentuk yang berbeda dan lebih baik.